Beranda | Artikel
Pelajaran dari Perang Badar
Jumat, 22 September 2023

PELAJARAN DARI PERANG BADAR

Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusanNya. Amma ba’du:

Masih berkaitan dengan perang Badar, setelah penjelasan singkat tentang keluarnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya ke Badar, maka pembahasan kali ini masih ada kaitannya dengan peperangan Badar. Yaitu beberapa ayat yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut, dimulai dari firman Allah azza wa jalla.

إِذۡ أَنتُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلۡقُصۡوَىٰ وَٱلرَّكۡبُ أَسۡفَلَ مِنكُمۡۚ وَلَوۡ تَوَاعَدتُّمۡ لَٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡمِيعَٰدِ وَلَٰكِن لِّيَقۡضِيَ ٱللَّهُ أَمۡرٗا كَانَ مَفۡعُولٗا لِّيَهۡلِكَ مَنۡ هَلَكَ عَنۢ بَيِّنَةٖ وَيَحۡيَىٰ مَنۡ حَيَّ عَنۢ بَيِّنَةٖۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ ٤٢ إِذۡ يُرِيكَهُمُ ٱللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلٗاۖ وَلَوۡ أَرَىٰكَهُمۡ كَثِيرٗا لَّفَشِلۡتُمۡ وَلَتَنَٰزَعۡتُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ سَلَّمَۚ إِنَّهُۥ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ٤٣ وَإِذۡ يُرِيكُمُوهُمۡ إِذِ ٱلۡتَقَيۡتُمۡ فِيٓ أَعۡيُنِكُمۡ قَلِيلٗا وَيُقَلِّلُكُمۡ فِيٓ أَعۡيُنِهِمۡ لِيَقۡضِيَ ٱللَّهُ أَمۡرٗا كَانَ مَفۡعُولٗاۗ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ ٤٤ ﴾ [ الأنفال: 42-44]

“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati. Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. dan hanyalah kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”.[al-Anfaal/8: 42-44].

Faidah yang Terangkum Dalam Ayat-ayat diatas.
Faidah Pertama: FirmanNya Allah Ta’ala.

 إِذۡ أَنتُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلۡقُصۡوَىٰ وَٱلرَّكۡبُ أَسۡفَلَ مِنكُمۡۚ  [ الأنفال: 42]

“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu”. [al-Anfaal/8: 42]

Al-‘Udwah artinya ialah sisi lembah, sedangkan kafilah yang dimaksud adalah kafilah dagangnya Abu Sufyan. Gambaran peristiwa yang sangat jelas ini mempunyai beberapa faidah, diantaranya:

  1. Menjelaskan keadaan orang yang masih jauh, yang tidak bisa ikut bersama dimedan pertempuran. Dan gambaran semacam ini sangat menakjubkan yang mampu menjadikan perkaranya terlihat, seakan dirinya ikut menyaksikan.
  2. FirmanNya; ad-Dunya maksudnya dekat dengan Madinah, dan al-Qushwa yaitu jauh dari sisi Madinah, dengan kata lain mereka lebih dekat ke Makah, adapun maknanya bahwa tiap kelompok tersebut bisa untuk memutar balik lalu pulang ke negerinya, karena tidak ada antara keduanya yang menghalangi untuk melakukan hal itu, akan tetapi, bersamaan dengan itu kehendak Allah tetap terjadi untuk mempertemukan dua kelompok tadi. Allah mengatakan dalam firmanNya:

 لِيُحِقَّ ٱلۡحَقَّ وَيُبۡطِلَ ٱلۡبَٰطِلَ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُجۡرِمُونَ  [ الأنفال: 8]

“Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya”. [al-Anfaal/8: 8].

Faidah Kedua: FirmanNya Allah Ta’ala.

وَٱلرَّكۡبُ أَسۡفَلَ مِنكُمۡۚ ٤٢  ﴾ [ الأنفال: 42]

“Sedang kafilah itu berada di bawah kamu”. [al-Anfaal/8: 42].

Berkata ar-Razi menjelaskan: “Tidak perlu disangsikan lagi bahwa pasukannya Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada awalnya mereka berada pada ketakutan yang sangat, serta lemah, disebabkan karena jumlahnya sedikit, dan tidak ada sokongan, serta mereka singgah pada tempat yang jauh dari air, mereka singgah pada tanah, padang pasir yang membakar telapak kaki karena begitu panas.

Sebaliknya, orang kafir pada awalnya pada kondisi yang sangat kuat, dengan sebab jumlahnya yang banyak, membawa peralatan dan persenjataan, dan juga karena mereka dekat dengan sumber air, demikian pula tanah yang mereka singgahi lebih mendukung karena cocok untuk kaki, sedangkan kafilah berada dibelakang mereka, sehingga mereka mengira kalau kafilah tersebut akan semakin mendekati mereka sedikit demi sedikit.

Kemudian Allah membalikkan keadaan, dan menjadikan kemenangan untuk kaum muslimin dan kekalahan atas orang kafir, maka ini menjadi mukjizat terbesar, serta bukti terkuat yang membenarkan berita yang dibawa oleh Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya tentang janji pertolongan, penaklukan dan kemenangan itu”.

Faidah Ketiga: FirmanNya Allah ta’ala:

 لِّيَهۡلِكَ مَنۡ هَلَكَ عَنۢ بَيِّنَةٖ  [ الأنفال: 42]

“Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata”. [al-Anfaal/8: 42].

Hal itu mengisyaratkan pada makna yang terkandung, yaitu bahwa orang-orang yang binasa, mereka binasa setelah mereka menyaksikan mukjizat ini, sedangkan kaum mukiminin yang hidup setelahnya juga menyaksikan mukjizat yang terang benderang ini, maksud dari keterangan yang nyata dalam ayat adalah mukjizat ini. [1]

Faidah Keempat: FirmanNya Allah Tabarakan wa Ta’ala.

وَلَوۡ تَوَاعَدتُّمۡ لَٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡمِيعَٰدِ  [ الأنفال: 42]

“Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu”. [al-Anfaal/8: 42].

Ada kemungkinan bahwa maksud dalam persetujuan tersebut adalah pada waktu dan tempatnya, atau kemungkinan lain bahwa yang dimaksud adalah pada waktu saja, dan pendapat kedua ini yang kuat.

Faidah Kelima: FirmanNya Allah Ta’ala.

 وَلَٰكِن لِّيَقۡضِيَ ٱللَّهُ أَمۡرٗا كَانَ مَفۡعُولٗا  [ الأنفال: 42]

“Akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan”. [al-Anfaal/8: 42].

Didalam potongan ayat ini terambil faidah bahwasannya Allah ta’ala mampu untuk melakukan apapun sebelum terjadinya perkara tersebut, dan hal itu disebutkan secara jelas dalam firmanNya:

 مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ  [ الحديد: 22]

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi”. [al-Hadiid/57: 22].

Dan ini merupakan salah satu dari tingkatan takdir yang wajib di imani oleh tiap muslim.

Faidah Keenam: Bahwa mengambil sebab yang dibolehkan merupakan perintah yang syari’atkan, dan itu disesuaikan dengan konsisi. Dan Allah ta’ala dengan ilmuNya, bisa mengetahui perkara yang akan terjadi, namun, Allah tidak melarang mereka untuk mengambil faktor yang mereka inginkan.

Faidah Ketujuh:  FirmanNya Allah ta’ala:

 لِّيَهۡلِكَ مَنۡ هَلَكَ عَنۢ بَيِّنَةٖ وَيَحۡيَىٰ مَنۡ حَيَّ عَنۢ بَيِّنَةٖۗ  [ الأنفال: 42]

“Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)”. [al-Anfaal/8: 42].

Seakan-akan Allah menginginkan jalannya peristiwa peperangan, bahwa Muhammad dan para sahabatnya berada diatas kebenaran, sedangkan orang kafir diatas kebatilan, maka hal tersebut sebagai bentuk menegakkan hujah atas mereka serta memutus alasan yang mereka berikan.

Faidah Kedelapan: FirmanNya:

 وَإِنَّ ٱللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ  [ الأنفال: 42]

“Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. [al-Anfaal/8: 42].

Dalam ayat ini diambil faidah:

  1. Menetapkan dua nama ini bagi Allah azza wa jalla termasuk dari nama-namaNya yang indah yang boleh digunakan untuk berdo’a.
  2. Bahwa dua nama yang mulia ini terkandung didalamnya dua sifat yang agung yaitu sifat mendengar dan mengetahui.

Faidah Kesembilan: FirmanNya Allah Ta’ala:

 إِذۡ يُرِيكَهُمُ ٱللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلٗاۖ  [ الأنفال: 43]

“(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit”. [al-Anfaal/8: 43].

Dalam ayat ini terkandung beberapa faidah, diantaranya:

  1. Bahwa mimpi yang benar adalah dari Allah azza wa jalla.
  2. Mimpi para Nabi adalah wahyu dari Allah Ta’ala.
  3. Bahwa mimpinya para Nabi itu terjadi manakala mereka tertidur bukan dalam keadaan terjaga.

Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.

[Disalin dari فوائد من قوله تعالى في (سورة الأنفال: 42-44)  Penulis : Syaikh Dr Amin bin Abdullah asy-Syaqawi  Penerjemah Abu Umamah Arif Hidayatullah Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
_______
Footnote
[1] Tafsirul Kabir karya ar-Razi 15/168.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/88826-pelajaran-dari-perang-badar.html